Hola! Mikapena edisi kali ini mau ngebahas soal teh lho.. penasaran gak?
Penasaran kan pastinya? Ternyata ada banyak lho macam-macam teh itu, gak Cuma
jenisnya, negara penghasil teh di dunia tuh ternyata banyak juga lho. Makin
penasaran kan? Yuk ah baca selengkapnya, gak Cuma ada uraian tentang
macam-macam teh dan negara penghasil teh, masih banyak keunikan teh yang bakal
mikapena kupas, yuk yuk
Teh merupakan sumber alami kafein, teofilin dan antioksidan dengan
kadar lemak, karbohidrat atau protein mendekati nol persen.
Teh di temukan sekitar tahun 2737 sebelum Masehi secara tidak sengaja oleh
Kaisar Shen Nung ketika daun teh pertama dari tanaman teh yang ada di kebun
Kaisar jatuh ke dalam air panas yang sedang di masak oleh Sang Kaisar. Ketika
daun teh tersebut terseduh, aroma sedap langsung muncul membuat Sang Kaisar
sangat tergoda untuk memminumnya. Bukan hanya aromanya yang sedap, rasa sepat
dan pahit yang di timbulkan oleh daun teh juga sangat disukai oleh Sang Kaisar
karena dapat di percaya membuat tubuh lebih segar dan menyembuhkan berbagai
penyakit. Sejak saat itu teh menjadi sangat populer di seluruh penjuru Cina.
Daun teh Camelia
Sinensis ini dihasilkan lebih dari 85% di negara China, India,
Srilangka, Indonesia, Kenya, Malawi, Tanzania, dan Zimbabwe. Dan negara-negara
yang penduduknya adalah peminum teh juga banyak antara lain Indonesia, Marocco,
Egypt, Syria, Pakistan, Iraq, Afganistan, Dubai, USA, Canada, Poland, Germany.
Teh dikelompokan berdasarkan cara pengolahan. Daun teh Camellia sinensis segera
layu dan mengalami oksidasi kalau tidak segera dikeringkan setelah
dipetik. Proses pengeringan membuat daun menjadi berwarna gelap, karena terjadi
pemecahan klorofil dan terlepasnya unsur tanin. Proses
selanjutnya berupa pemanasan basah dengan uap panas agar kandungan air pada
daun menguap dan proses oksidasi bisa dihentikan pada tahap yang sudah
ditentukan.
Pengolahan daun teh sering disebut sebagai "fermentasi" walaupun
sebenarnya penggunaan istilah ini tidak tepat. Pemrosesan teh tidak menggunakan ragi dan
tidak ada etanol yang dihasilkan seperti layaknya proses fermentasi yang
sebenarnya. Pengolahan teh yang tidak benar memang bisa menyebabkan teh
ditumbuhi jamur yang mengakibatkan terjadinya proses fermentasi. Teh
yang sudah mengalami fermentasi dengan jamur harus dibuang, karena mengandung
unsur racun dan unsur bersifat karsinogenik. Pengelompokan teh berdasarkan
tingkat oksidasi:
Mari kita lihat dulu gambaran besarnya yuk!
1. Teh putih
Teh yang
dibuat dari pucuk daun yang tidak mengalami proses oksidasi dan sewaktu belum
dipetik dilindungi dari sinar matahari untuk menghalangi pembentukan klorofil.
Teh putih diproduksi dalam jumlah lebih sedikit dibandingkan teh jenis lain
sehingga harga menjadi lebih mahal. Teh putih kurang terkenal di luar Tiongkok,
walaupun secara perlahan-lahan teh putih dalam kemasan teh celup juga mulai
populer.
2. Teh hijau
Daun teh yang
dijadikan teh hijau biasanya langsung diproses setelah dipetik. Setelah daun
mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses oksidasi dihentikan dengan
pemanasan (cara tradisional Jepang dengan menggunakan uap atau cara tradisional
Tiongkok dengan menggongseng di atas wajan panas). Teh yang sudah dikeringkan
bisa dijual dalam bentuk lembaran daun teh atau digulung rapat berbentuk
seperti bola-bola kecil (teh yang disebut gun powder).
3. Oolong
Proses
oksidasi dihentikan di tengah-tengah antara teh hijau dan teh hitam yang
biasanya memakan waktu 2-3 hari.
4. Teh hitam atau teh merah
Daun teh
dibiarkan teroksidasi secara penuh sekitar 2 minggu hingga 1 bulan. Teh hitam
merupakan jenis teh yang paling umum di Asia Selatan (India, Sri Langka,
Bangladesh) dan sebagian besar negara-negara di Afrika seperti: Kenya, Burundi,
Rwanda, Malawi dan Zimbabwe. Bahasa Jepang nya adalah "teh merah"
karena air teh sebenarnya berwarna merah. Orang Barat menyebutnya sebagai
"teh hitam" karena daun teh berwarna hitam.
Di Afrika
Selatan, "teh merah" adalah sebutan untuk teh rooibos yang
termasuk golongan teh herbal. Teh hitam masih dibagi menjadi 2 jenis: Ortodoks
(teh diolah dengan metode pengolahan tradisional) atau CTC (metode produksi teh Crush,
Tear, Curl yang berkembang sejak tahun 1932). Teh hitam yang belum diramu (unblended)
dikelompokkan berdasarkan asal perkebunan, tahun produksi, dan periode
pemetikan (awal musim semi, pemetikan kedua, atau musim gugur). Teh jenis
Ortodoks dan CTS masih dibagi-bagi lagi menurut kualitas daun pasca produksi
sesuai standar Orange Pekoe.
5. Teh Pu-Erh
Teh pu-erh merupakan salah satu teh
kualitas premium, rasa serta kualitas teh ini ditentukan oleh lama teh tersebut
pasca di fermentasi. Karena berbeda dengan teh lainnya meski sama-sama dibuat
dari daun teh hijau, jenis teh ini mengalami penyimpanan setelah fermentasi,
dan biasanya semakin lama teh ini di simpan dalam kelembapan tinggi, juga akan
menentukan rasa. Aroma serta kulitas tersebut, dan biasanya semakin lama
semakin enak, namun terkadang jika penyimapan kurang baik dapat berbau apek
biasanya karena kelembapan yang tidak diperhatikan.
Variasi teh jenis ini awalnya dikembangkan
di Yunan, China. Untuk masa penyimpanan sendiri teh pu-erh disimpan dalam
jangka 30 – 50 tahun namun biasanya semakin lama disimpan semakin bagus aroma
dan rasanya. Namun belum ada kesepakatan para ahli berapa lamanya minimal
penyimpan teh pu-erh untuk menghasilkan rasa yang optimal.
Di
Indonesia terdapat satu jenis teh lain yang sangat populer yakni Teh Melati
Teh melati atau
disebut juga teh wangi, sangat populer di Indonesia, yaitu teh hijau yang di
campur dengan bunga melati dan bunga gambir sehingga menimbulkan aroma melati
atau wangi yang khas.
Di
indonesia juga terkenal dengan adanya teh celup, karena kemasannya yang praktis
sehingga mempermudah dalam proses pembuatannya. Sejarah teh celup sendiri
sesungguhnya dimulai secara tidak sengaja oleh Thomas Sullivan, seorang
pedagang teh dan kopi dari New York, mengirim sampel teh dalam kantong sutra
kecil kepada para pelanggannya. Sullivan menggunakan kantong sutra karena
alasan ekonomis, karena jika menggunakan kaleng, biaya pembuatannya lebih mahal
dan teh yang dikemas juga harus lebih banyak. Pelanggan Sullivan awalnya
menganggap kemasan ini sama saja dengan teh yang di masukkan dalam saringan
metal sehingga mereka langsung melemparkan begitu saja kemasan tersebut ke
dalam air panas. Baru kemudian mereka menyadari bahwa ternyata kemasan tersebut
cukup praktis untuk menyeduh teh secara langsung.
Sejak saat itu, kepopuleran
teh celup melonjak dan akhirnya mulai di pasarkan secara komersial pada tahun
1904, dan dengan cepatnya popularitas tersebut menyebar ke seluruh penjuru
dunia termasuk Indonesia. Kertas/kantong teh celup ini mengandung “klorin” yang
apabila di konsumsi dalam jumlah besar akan berbahaya lho. Tapi bukan berarti
gak punya manfaat lain, kantong teh sehabis pakai mampu mengurangi rasa perih
pada luka, selain itu juga bisa menghentikan pendarahan juga. Jika kamu
mengalami pendarahan di gigi/gusi, kamu bisa mencelupkan dulu kantong teh di
air kemudian menggigitnya.
Banyak banget kan yang bisa kita ketahui tentang teh? Kemarin-kemarin mungkin
kita Cuma tau teh itu adalah daun yang direbus pokoknya rasanya pahit, nah
sekarang sudah cukup luas kan pengetahuan tentang teh nya? Hehe. Tunggu edisi
mikapena selanjutnya ya, masih banyak info menarik yang sebenarnya harus kita
ketahui lho.. ciao!
Referensi
:
http://sejutafakta.blogspot.co.id/2015/06/fakta-menarik-tentang-minuman-teh.html
http://www.tehsariwangi.com/artike/sejarah-dan-maanfaat-teh-celup-sariwangi
http://esoknanti.wordpress.com/2013/01/11/proses-cara-membuat-teh-celup-kemasan/amp/
http://sejutafakta.blogspot.co.id/2015/06/fakta-menarik-tentang-minuman-teh.html
http://www.tehsariwangi.com/artike/sejarah-dan-maanfaat-teh-celup-sariwangi
http://esoknanti.wordpress.com/2013/01/11/proses-cara-membuat-teh-celup-kemasan/amp/
Mantappppp kakakkk
BalasHapusMantapp
BalasHapus